weLCome to iKainheRe's hOmepaGe

Open youR mind and iMpROve youR LiFe............
Get infoRmation about aLL heRe.

oPen YouR minD

Jika diRimu tak mampu menJadi beRingin, yanG teGak di kaki bukit,
JadiLah saJa beLukaR yanG teRbaik, yanG tumbuh di tepi danau . . . . .
Jika diRimu tak sanGGup menJadi beLukaR, JadiLah saJa Rumput,
tetapi Rumput yanG mempeRkuat tanGGuL, di pinGGiRan JaLan . . . .
Jika diRimu tak mampu menJadi JaLan Raya, JadiLah saJa JaLan setapak,
tetapi JaLan setapak yanG membawa oRanG ke mata aiR . . .
tidak semua menJadi kapten
tentu haRus aDa awak kapaLnYa . . .
JadiLah saJa diRimu .......... be yOuR seLf..
sebaik-baik daRi diRimu sendiRi ^_^

iKainheRe Tells About Her Self

Kenalin, gw Ika. iKainheRe Just the same with another women. iKainheRe
Hanya ajja gw suka banget bikin orang senyum, ketawa, dengan hidangan yang gw suguhkan.
iKainheRe
Gw sangat menghargai preferen, pendapat, masukan, kritikan, tapi bukan menjudge. iKainheRe
iKainheReJust be my self. Dengan style, brave life, color friends, and dunia gw.iKainheRe
iKainheRe Menjadi seorang penulis yang brave, eksis, dan stylish itu gga gampang, semua dari nol. Contemplative comedy gw pilih buat mewakili apa yang pengen gw sampaikan.
Komedi selalu bisa mengungkapkan apa yang tak bisa kita pahami. iKainheRe
Seperti kata Moliere, “The duty of comedy is to correct men by amusing them.” iKainheRe
Banyak orang yang bilang, penulis yang baik adalah penulis yang punya referensi yang banyak, menurut gw itu bener. Banyak-banyaklah nonton film dan baca buku.
Penulis yang baik juga akan selalu mengadopsi dan mempelajari, tapi tidak pernah mencuri.iKainheRe
Mudah-mudahan gw bisa iKainheRe

Januari 02, 2010

Amira Schiavond

Ini Paris. Kota yang selalu aku nikmati setiap hembusan nafasku, kota yang selalu memanggilku saat bias cahaya jingga kemerahan yang cenderung oranye itu Ia munculkan, kota yang siluet malamnya membiusku untuk mengukir rasa ke dalam kata dan bahasa yang meskipun Ia pun tak memahaminya. Entah bagaimana Ia membius kami sehingga kata dan bahasa itu menjadi sesuatu yang merasuk, meresap, ke dalam jiwa mereka hingga membuat diriku terlukis sebagai author. Entah bagaimana Ia memaksaku untuk meninggalkan dunia pelangiku sejenak untuk sekedar membiarkan diriku basah oleh gerimis yang Ia hadirkan. Ia juga membuatku sedikit merasakan dunia berputar manakala biusannya memaksaku lari ke taman untuk membiarkan setiap mili tubuhku basah oleh hujan. Pernah suatu kali, dan berulang, aku marah padanya, Ia tidak menghadirkan bias cahaya jingga kemerahan yang cenderung oranye itu, Ia juga kerap kali lupa memanggilku menemui siluet malamnya melainkan justru membiusku dengan bias cahaya jingga kemerahan yang cenderung oranye itu hingga pagi datang. Bukan sekali dua kali Ia menggantikan bias cahaya jingga kemerahan yang cenderung oranye itu dengan butiran-butiran air dan gemericik suaranya yang Ia pikir akan membuatku lebih senang, dan aku justru marah. Aku benci saat Ia memutuskan untuk mengganti dan bukannya membiarkan semuanya berjalan sebagaimana mestinya, aku juga benci saat Ia membiarkanku melewatkan siluet itu padahal jiwaku haus akannya. Ia terkadang memang tak memahami dunia pelangiku, tapi tahukah kau, Ia menghadirkan Cinta untukku. Ia harap aku tidak lagi marah padanya bila suatu saat Ia tak menghadirkan bias cahaya jingga kemerahan yang cenderung oranye itu karena Ia gantikan dengan kehadiran butiran-butiran air, atau agar aku tidak marah padanya jika Ia lupa membangunkanku untuk menikmati siluet malam bersamanya dan bersama-sama menerjemahkan rasa ke dalam kata dan bahasa. Setidaknya itu yang Ia sampaikan padaku kala aku sedang membenamkan pikiran pada alunan melody of you. Aku masih ingat saat Ia menarikku keluar rumah, menuju taman pelangi saat butiran-butiran gerimis yang menjadi hujan sedang datang, dan itu membuatku dingin dan basah, akan ada yang membuatku hangat, katanya.
Padanya, aku menaruh dan menyandarkan semuanya. Aku masih ingat setiap detail waktu yang aku gunakan untuk mengumpulkan sedikit demi sedikit apa yang akan menjadi cinta padanya, yang aku rasakan hingga sekarang. Dan benar saja, aku tak pernah lagi marah pada Paris manakala Ia tak membangunkanku suatu malam untuk aku dapat menikmati siluetnya, tentu saja, lebih nikmat bertemu pagi bersamanya tanpa melewati siluet malam bersama Paris. Dan ternyata benar saja, Paris mencemburuiku tatkala aku tak pernah lagi menerima ajakannya untuk menikmati hangatnya bias cahaya jingga kemerahan yang cenderung oranye itu seperti dulu dan lebih memilih untuk tinggal di rumah menikmati hangatnya kekuatan cinta dari cinta itu untukku. Aku ingat saat kali pertama jantungku mengenali kehadirannya lima tahun lalu, detaknya melebihi secepatnya kilat petir, dan berbunyi demikian pula. Entah, tiap Ia ada, jantungku selalu mengenali keberadaannya. Semakin hari Ia semakin pandai memainkan melodi-melodinya hingga terus dan terus membiusku. Aku mencintainya. He is my melodies. Ia adalah satu-satunya alasanku untuk menetap disini dan tentu saja semangatku untuk terus menulis. Aku selalu mengingat setiap detik waktu yang aku lewati selama ini bersamanya, bagaimana Ia mengajariku menikmati setiap butir gerimis yang jatuh, agar menjadi semangat baru dalam jiwaku, bagaimana mengumpulkan hangatnya sinar mentari senja ke dalam setiap detail tubuhku hingga hanya damai yang tersisa, bagaimana nikmatnya bersyalala bersamanya menikmati setiap lirik melody of you di pantai belakang rumahku seraya menyanyikannya bersamanya. Rasanya tak ada yang Ia tak tahu mengenaiku. Di dunia ini tidak ada yang lebih mengetahui mengenaiku selain bagaimana Ia.

Aku bahagia sekali senja ini, saat dimana aku menulis kisah ini, meskipun kepalaku rasanya begitu sakit, tapi aku bahagia karena esok adalah hari pernikahanku dengannya, Mezza El Chienne.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sertakan juga alamat blog anda dalam komentar anda
atau alamat website anda

TerimaKasih