weLCome to iKainheRe's hOmepaGe

Open youR mind and iMpROve youR LiFe............
Get infoRmation about aLL heRe.

oPen YouR minD

Jika diRimu tak mampu menJadi beRingin, yanG teGak di kaki bukit,
JadiLah saJa beLukaR yanG teRbaik, yanG tumbuh di tepi danau . . . . .
Jika diRimu tak sanGGup menJadi beLukaR, JadiLah saJa Rumput,
tetapi Rumput yanG mempeRkuat tanGGuL, di pinGGiRan JaLan . . . .
Jika diRimu tak mampu menJadi JaLan Raya, JadiLah saJa JaLan setapak,
tetapi JaLan setapak yanG membawa oRanG ke mata aiR . . .
tidak semua menJadi kapten
tentu haRus aDa awak kapaLnYa . . .
JadiLah saJa diRimu .......... be yOuR seLf..
sebaik-baik daRi diRimu sendiRi ^_^

iKainheRe Tells About Her Self

Kenalin, gw Ika. iKainheRe Just the same with another women. iKainheRe
Hanya ajja gw suka banget bikin orang senyum, ketawa, dengan hidangan yang gw suguhkan.
iKainheRe
Gw sangat menghargai preferen, pendapat, masukan, kritikan, tapi bukan menjudge. iKainheRe
iKainheReJust be my self. Dengan style, brave life, color friends, and dunia gw.iKainheRe
iKainheRe Menjadi seorang penulis yang brave, eksis, dan stylish itu gga gampang, semua dari nol. Contemplative comedy gw pilih buat mewakili apa yang pengen gw sampaikan.
Komedi selalu bisa mengungkapkan apa yang tak bisa kita pahami. iKainheRe
Seperti kata Moliere, “The duty of comedy is to correct men by amusing them.” iKainheRe
Banyak orang yang bilang, penulis yang baik adalah penulis yang punya referensi yang banyak, menurut gw itu bener. Banyak-banyaklah nonton film dan baca buku.
Penulis yang baik juga akan selalu mengadopsi dan mempelajari, tapi tidak pernah mencuri.iKainheRe
Mudah-mudahan gw bisa iKainheRe

Desember 31, 2009

Tahun Baru Masehi 2010

Gw gga pernah suka keramaian. Jadi, malam yang seharusnya tenang ini, justru bising sekali. Ramai oleh kendaraan bermotor, terompet, dan suara-suara lainnya.

Apa selalu seperti ini menggunakan waktu yang semestinya untuk instrospeksi diri menjadi ajang berlebihan untuk ekspresi diri? Apa mereka yang bising itu 'dream list 2009' nya terealisasi semua?

Jalanan depan rumahku macet pol. Bising. Aku benci hujan tidak turun malem ini. Perjalanan pulangku dari kantorpun tadi jadi dua kali lipat lamanya.

Gus Dur Meninggal Dunia

Rabu, 30 Desember 2009, mantan presiden RI ke-4, Abdurrahman Wahid meninggal jam 18:45 di RS. Cipto Mangunkusumo karena komplikasi penyakit.


iKainheRe

:::: tHe fRienDLy kinDLy cHeeRy giRL ::::

Someday - John legend Lyrics

ALBUM: Augist Rush


As days go by
and fade to nights
I still question
why you left
I wonder how
it didn't work out
but now you're gone
and memories all I have for now
but no it's not over
we'll get older we'll get over
we'll live to see the day that I hope for
come back to me
I still believe that
we'll get it right again
we'll come back to life again
we won't say another goodbye again
you'll live forever with me

Someday, someday
we'll be together
someday, someday
we'll be together

I heard someday
might be today
mysteries of destinies they
are somehow
and are someway
for all we know
they come tomorrow
for today
my eyes are open
my arms are raised for your embrace
my hands are here to mend what is broken
to feel again to walk on the face
I believe there is more to life
oh I love you much more than life itself
I believe I can change your mind
revive what is dying inside

And someday, someday
we'll be together
someday, someday
we'll be together
someday, someday
we'll be together
we'll be together
we'll be together
someday


iKainheRe

:::: tHe fRienDLy kinDLy cHeeRy giRL ::::

PERLUKAH PENYESUAIAN LAPORAN KEUANGAN KE DALAM METODE ALTERNATIF PADA ANALISIS RASIO KEUANGAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

PROPOSAL SKRIPSI

PERLUKAH PENYESUAIAN LAPORAN KEUANGAN KE DALAM METODE ALTERNATIF PADA ANALISIS RASIO KEUANGAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA?

Oleh:
IKA PRADIPTA HARNANDIKA F1308555


PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009



A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pelaporan keuangan merupakan media bagi perusahaan untuk menyampaikan informasi tentang perusahaan kepada stakeholders (Mangeswuri, 2005). Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No.1 (FASB, 1978) menyebutkan bahwa fungsi pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi yang berguna untuk siapa saja yang membuat keputusan ekonomi tentang perusahaan. Agar laporan keuangan dapat bermanfaat bagi pemakainya, maka informasi yang terdapat dalam laporan keuangan tersebut harus berkualitas. Dalam SFAC No.2 (FASB, 1978) disebutkan bahwa salah satu karakteristik kualitatif informasi yang memudahkan pemakai untuk mengidentifikasi similarities dan differences antara dua kesatuan ekonomi dan fenomena. Standar akuntansi Keuangan (IAI, 2002) dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan paragraf 39 menyatakan pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antarperiode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Menurut Suwardjono (2005), perbandingan akan bermakna (meaningful) hanya jika kuantitas (magnitude) karakteristik bersama dihasilkan dengan dasar, standar, prosedur, atau metode yang sama. Standar Akuntansi dimaksudkan untuk menjamin bahwa kualitas keterbandingan antarbadan usaha tinggi. Akan tetapi standar akuntansi juga memberi keleluasaan (discretion) bagi badan usaha untuk memilih perlakuan akuntansi yang paling sesuai dengan kondisi badan usaha. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham (Brigham dan Gapenski, 1996). Oleh karena itu terjadi tarik menarik antara perlunya keseragaman (uniformity) dan keragaman (diversity) perlakuan akuntansi. Perlakuan akuntansi yang fleksibel dalam standar akuntansi keuangan memungkinkan perusahaan untuk memilih metode akuntansi sesuai dengan kepentingan mereka. Adanya berbagai pilihan metode akuntansi menimbulkan dugaan bahwa pilihan tersebut akan mempengaruhi laporan keuangan dan rasio keuangan yang berhubungan. Bahkan, pilihan metode akuntansi dapat mempengaruhi keputusan yang berhubungan dengan arus kas misalnya pajak (White, dkk.,1997).
Berbagai penelitian yang menguji kekuatan hubungan informasi laporan keuangan dengan fenomena ekonomi, menggunakan analisis rasio keuangan yang dapat dihitung dari informasi yang terkandung dalam laporan keuangan (Machfoedz, 1994). Penelitian-penelitian tersebut misalnya mengenai prediksi kebangkrutan, prediksi bond rating, dan prediksi perubahan earnings. Analisis yang sering dipakai dalam teknik cross-sectional adalah perbandingan rasio-rasio keuangan antarperusahaan (Foster, 1986). Apabila metode akuntansi yang dipakai antarperusahaan berbeda-beda, bagaimana rasio keuangan antarperusahaan dapat dibandingkan? Oleh karena itu, tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penyesuaian laporan keuangan ke dalam metode akuntansi alternatif diperlukan dalam analisis rasio. Untuk mengetahuinya peneliti menguji dengan cara menghitung rasio keuangan perusahaan-perusahaan yang menggunakan metode akuntansi yang sama kemudian membandingkannya dengan rasio keuangan dari perusahaan-perusahaan tersebut setelah laporan keuangan mereka disesuaikan ke dalam metode akuntansi alternatif.
Berbagai penelitian di bidang akuntansi keuangan sering menggunakan analisis rasio keuangan baik sebagai variabel ataupun proxy suatu variabel penelitian. Salah satu risiko analisis rasio keuangan adalah perbedaan metode akuntansi yang digunakan. Meskipun risiko tersebut dapat dikurangi dengan adanya disclosure, yaitu adanya pengungkapan metode akuntansi yang digunakan pada catatan atas laporan keuangan, akan tetapi pengungkapan tersebut tidak mencantumkan besaran nilai atau nominal sebagai dampak perbedaan metode akuntansi yang digunakan. Akibatnya, pemakai laporan keuangan sulit untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perbedaan metode akuntansi tersebut terhadap rasio keuangan. Oleh karena itu penelitian ini penting untuk dilakukan. Apabila dari penelitian ini membuktikan bahwa penyesuaian laporan keuangan ke dalam metode alternatif mempunyai pengaruh terhadap rasio keuangan yang dihitung dari informasi yang terkandung dalam laporan keuangan, maka untuk penelitian selanjutnya yang menggunakan analisis rasio keuangan sebaiknya menyesuaikan laporan keuangan yang menjadi sampel penelitian ke dalam metode akuntansi yang sama. Dengan demikian rasio keuangan antarperusahaan-perusahaan sampel penelitian dapat dibandingkan.

B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah penyesuaian laporan keuangan ke dalam metode alternatif berpengaruh terhadap rasio keuangan yang dihitung dari informasi yang terkandung dalam laporan keuangan?
2. Seberapa besar pengaruh perbedaan metode akuntansi terhadap rasio keuangan?
3. Apakah perbedaan metode akuntansi perlu diperhatikan dalam analisis rasio keuangan?
4. Apakah terdapat perbedaan rasio-rasio keuangan perusahaan akibat penyesuaian laporan keuangan ke dalam metode akuntansi yang berbeda?

C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui apakah penyesuaian laporan keuangan ke dalam metode alternatif berpengaruh terhadap rasio keuangan yang dihitung dari informasi yang terkandung dalam laporan keuangan.
2. Mengetahui pengaruh perbedaan metode akuntansi terhadap rasio keuangan.
3. Mengetahui apakah perbedaan metode akuntansi perlu diperhatikan dalam analisis rasio keuangan.
4. Mengetahui apakah terdapat perbedaan rasio-rasio keuangan perusahaan akibat penyesuaian laporan keuangan ke dalam metode akuntansi yang berbeda.

D. MANFAAT PENELITIAN
Dengan penelitian ini diharapkan akan memberikan pemahaman yang lebih mendalam terhadap apakah penyesuaian laporan keuangan ke dalam metode alternatif diperlukan dalam analisis rasio, secara rinci penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:
1. Bagi pemakai laporan keuangan, dapat memahami apakah perlu memperhatikan perbedaan metode akuntansi atau tidak dalam menganalisis laporan keuangan.
2. Bagi peneliti, memberikan dasar empiris dalam melakukan analisis cross-sectional apabila menggunakan analisis rasio keuangan dalam menguji kekuatan hubungan informasi laporan keuangan dengan fenomena ekonomi.
3. Bagi Badan Penyusun Standar Akuntansi Keuangan (SAK), apabila penelitian ini menghasilkan bukti bahwa rasio keuangan berbeda karena perbedaan metode akuntansi, maka penelitian ini dapat dijadikan dasar meninjau kembali fleksibilitas dalam menggunakan metode akuntansi.

E. TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Telaah Pustaka
1. Uniformity dan Comparability
Terdapat dua pendekatan perlakuan akuntansi yaitu keseragaman dan keragaman. Sementara pendekatan keseragaman mempunyai dua tingkat, yaitu keseragaman rigid dan keseragaman finite (Wolk, dkk.,2001). Keseragaman finite adalah keseragaman yang terbatas yaitu usaha untuk menyamakan metode akuntansi yang ditentukan dengan keadaan relevan dalam situasi yang secara umum sama. Keseragaman rigid adalah keseragaman yang kaku yaitu menentukan satu metode akuntansi untuk transaksi yang secara umum sama walaupun terdapat keadaan yang relevan. Sedangkan pendekatan keragaman mempunyai sifat yang fleksibel artinya manajemen mempunyai kebebasan memilih metode akuntansi tanpa peduli apakah keadaannya sama atau tidak. Dalam akuntansi, konsep keseragaman (uniformity) overlap dengan komparabilitas (Wolk, dkk. 2001). Keseragaman adalah konsep yang mempengaruhi komparabilitas. Oleh karena komparabilitas dihubungan dengan keseragaman, tingkat komparabilitas dalam hal pemakai dapat mengandalkannya secara langsung, tergantung pada tingkat keseragaman yang ditampilkan dalam dalam laporan keuangan. Tujuan utama keterbandingan adalah memudahkan pemakai laporan keuangan untuk pengambilan keputusan. Tujuan kebijakan akuntansi sedapat mungkin untuk mempersempit perbedaan dalam pelaporan keuangan antarperusahaan. Dengan kata lain, melalui kebijakan akuntansi sulit untuk memaksakan keseragaman yang kaku karena dalam memilih prosedur akuntansi manajemen pasti mempunyai alasan yang kuat dan sesuai dengan keadaan perusahaan. Manajemen juga mempertimbangkan biaya dan manfaat ketika menentukan pilihan metode akuntansi. Ketika dihadapkan pada dua pilihan metode akuntansi yang mempunyai manfaat yang sama, manajemen pasti akan memilih metode akuntansi yang paling sedikit biayanya.
2. Rasio Keuangan
Rasio keuangan digunakan untuk membandingkan tingkat risiko dan pengembalian antarperusahaan untuk membantu investor dan kreditor dalam mengambil keputusan investasi maupun kredit. Perbandingan tersebut dapat dilakukan antarwaktu dalam satu perusahaan (time series) maupun antarperusahaan dalam suatu waktu (cross sectional).
Menurut White, dkk. (1997), rasio dapat menyediakan gambaran perusahaan, karakteristik ekonomi dan strategi kompetitif, serta karakteristik operasi, keuangan, dan investasi. Pilihan metode akuntansi dapat mempengaruhi jumlah angka-angka yang dilaporkan dalam laporan keuangan. Akibatnya rasio keuangan yang dihitung dari angka-angka yang dilaporkan dalam laporan keuangan akan kehilangan daya banding antarperusahaan yang berbeda metode akuntansinya dan antarwaktu dalam suatu perusahaan apabila perusahaan mengganti metode akuntansi yang dipakai. Untuk mengatasi hal tersebut mungkin perlu untuk mengkonversi atau menyesuaikan dari satu metode akuntansi ke metode akuntansi lainnya.
3. Metode Akuntansi Persediaan
Secara umum istilah persediaan barang dipakai untuk menunjukkan barang-barang yang dimiliki untuk dijual kembali atau digunakan untuk memproduksi barang-barang yang akan dijual (Baridwan, 2004). Dalam perusahaan dagang semua persediaan yang dimiliki dimaksudkan untuk dijual kembali, sehingga hanya mempunyai satu jenis persediaan yaitu persediaan barang dagangan. Jumlah persediaan yang ada dalam neraca adalah jumlah persediaan akhir. Persediaan akhir, baik pada perusahaan dagang maupun manufaktur harus dinilai, karena akan menentukan besarnya harga pokok pembelian pada perusahaan dagang dan manufaktur, dan harga pokok produksi pada perusahaan manufaktur. Harga pokok produk tersebut yang akan menentukan besarnya laba perusahaan yang dilaporkan dalam laporan laba rugi.
Metode penilaian persediaan yang diijinkan oleh PSAK No. 14 paragraf 20 (IAI, 2002), adalah metode first in first out (FIFO) atau masuk pertama keluar pertama (MPKP), last in first out (LIFO) atau masuk terakhir keluar pertama (MTKP), dan rata-rata. Metode persediaan apa yang akan dipakai menjadi permasalahan dalam perhitungan laba yang tepat, dan pemilihan metode persediaan tersebut dipengaruhi oleh harga. Ketika harga naik atau turun secara tajam pemilihan metode FIFO atau LIFO menimbulkan masalah dalam mengukur laba yang tepat. Ketika terjadi kenaikan harga, dilihat dari laporan laba rugi, terdapat dua alasan yang menghasilkan pemilihan metode persediaan yang saling bertentangan. Dilihat dari kepentingan shareholders, maka lebih baik melaporkan persediaan dengan menggunakan metode FIFO, karena menghasilkan laba yang lebih besar, sehingga pendistribusian kesejahteraan kepada mereka lebih besar. Akan tetapi dengan menggunakan asumsi going concern, perusahaan yang menjual persediaan perlu untuk menggantinya secara konstan untuk penjualan di masa yang akan datang (White, dkk., 1997). Oleh karena itu metode LIFO lebih cocok digunakan, tetapi tidak diinginkan oleh shareholders karena menghasilkan angka laba yang lebih kecil. Selisih antara laba yang dihasilkan dengan menggunakan kedua metode tersebut disebut holding gain atau inventory profit.
Dalam neraca, informasi persediaan akhir dengan menggunakan metode FIFO menghasilkan informasi yang relevan dengan keadaan yang sebenarnya atau curent value, karena harga persediaan mencerminkan harga sekarang. Akan tetapi jika menggunakan metode LIFO, angka persediaan menjadi tidak relevan karena tidak mencerminkan harga sekarang.
4. Metode Akuntansi Penyusutan
Penyusutan atau depresiasi adalah sebagian dari harga perolehan aktiva tetap yang secara sistematis dialokasikan menjadi biaya setiap periode (Baridwan, 2004). Di dalam PSAK No. 17 paragraf 8 (IAI, 2002), dinyatakan bahwa jumlah yang disusutkan dialokasi ke setiap periode akuntansi selama masa manfaat aktiva dengan berbagai metode yang sistematis. Metode manapun yang dipilih, konsistensi dalam penggunaannya adalah perlu, tanpa memandang tingkat profitabilitas perusahaan dan pertimbangan perpajakan, agar dapat menyediakan daya banding hasil operasi perusahaan dari periode ke periode.
Sondakh (1993) yang menguji faktor-faktor yang mempengaruhi pada pemilihan metode depresiasi menemukan bahwa kompensasi manajemen dan leverage secara signifikan mempengaruhi perusahaan dalam memilih metode depresiasi. Perusahaan yang memilih program kompensasi manajemen cenderung memilih metode depresiasi yang dapat menambah jumlah laba yang dilaporkan. Selain itu, perusahaan dengan rasio leverage tinggi cenderung memilih metode depresiasi yang dapat menambah jumlah laba yang dilaporkan dibanding perusahaan dengan rasio leverage rendah. Hal tersebut menunjukkan bahwa metode depresiasi dipilih oleh manajemen untuk mengatur laba mereka. Oleh karena laba sangat berpengaruh terhadap laporan keuangan, maka rasio-rasio keuangan yang berhubungan juga akan terpengaruh.
5. Earnings Management dan Pilihan Metode Akuntansi
Earnings management adalah tindakan yang dilakukan oleh manajer dalam hal manajer akan memilih kebijakan-kebijakan yang memaksimalkan utilitas mereka dan atau nilai pasar perusahaan (Scott, 1997). Hal tersebut wajar dilakukan karena manajer mempunyai kepentingan yang kuat dalam pilihan kebijakan akuntansi, dan manajer dapat memilih kebijakan akuntansi dari sekumpulan kebijakan (misalnya GAAP atau SAK).
Terdapat dua tipe earnings management yaitu discretionary accrual dan nondiscretionary accrual (Scott, 1997). Discretionary accrual adalah accrual yang diciptakan oleh manajemen karena mempunyai kebebasan dalam mengontrol jumlah yang dilaporkan dalam laporan keuangan. Hal tersebut berkaitan dengan fleksibilitas dalam pemilihan metode akuntansi, misalnya pemilihan metode persediaan atau depresiasi. Nondiscretionary accrual adalah accrual yang terjadi karena kebijakan mengenai estimasi akuntansi misalnya taksiran umur aktiva tetap.
Angka-angka akuntansi adalah suatu bagian integral dari kontrak formal dan informal perusahaan (Watts and Zimmerman, 1986). Dasar teori akuntansi mengenai kontrak tersebut adalah suatu premis yang menyatakan bahwa manajer memilih prosedur akuntansi tertentu untuk secara efisien memaksimalkan nilai perusahaan dan secara oportunistik membuat keadaan manajer lebih baik yang menjadi beban beberapa pihak lain yang terlibat dalam kontrak (Holthousen, 1990).
Pilihan prosedur akuntansi adalah salah satu cara untuk menutupi pembelanjaan yang dilakukan oleh manajer yang tidak meningkatkan nilai perusahaan dari pihak luar (Christie dan Zimmerman, 1994). Alasannya, pihak luar tidak mempunyai akses untuk mendapatkan semua ukuran yang terlibat dalam perhitungan akuntansi. Hal tersebut menyulitkan pihak luar untuk menentukan apakah metode akuntansi yang dipakai adalah metode akuntansi yang dapat meningkatkan nilai perusahaan atau tidak. Contohnya, ketika perusahaan menggunakan metode FIFO untuk menghitung persediaan, pihak luar tidak dapat membandingkan nilai persediaan jika dihitung dengan menggunakan metode yang lain, karena ketidaktersediaan data dalam laporan keuangan.
Variabel laporan keuangan yang biasanya dipakai oleh pemakai adalah rasio keuangan. Oleh karena itu, manajer berusaha meningkatkan nilai perusahaan dengan memilih metode akuntansi yang membuat rasio-rasio keuangan perusahaan terlihat bagus.



Penelitian Terdahulu
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang sebelumnya telah dilakukan oleh Dawson, dkk. (1980), yang menguji apakah perbedaan metode akuntansi mengakibatkan perbedaan yang cukup signifikan pada laporan keuangan, menguji pengaruh penyesuaian laporan keuangan ke dalam metode akuntansi alternatif terhadap rasio-rasio keuangan, penyesuaian yang dibuat menyangkut dua metode akuntansi yaitu metode persediaan dan penyusutan. Dipilihnya kedua metode tersebut karena, pertama, keduanya adalah metode akuntansi yang dapat dipilih secara bebas atau fleksibel oleh manajemen. Dalam hal ini, manajemen tidak memerlukan syarat atau kondisi tertentu untuk memilih salah satu metode, sehingga diduga manajemen akan memilih metode yang sesuai dengan kepentingannya yang membuat kinerjanya terlihat bagus. Kinerja yang bagus tercermin dari rasio keuangan yang dihitung dari laporan keuangan. Kedua, pemilihan metode akuntansi persediaan dan penyusutan mempunyai pengaruh yang substansial terhadap laba bersih perusahaan. Oleh karena itu, kedua metode tersebut digunakan untuk menentukan apakah perusahaan cenderung memilih metode akuntansi yang meningkatkan laba atau menurunkan laba (Christie dan Zimmerman, 1994; Bowen, 1995).
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Dawson, dkk. (1980) antara lain:
1. Pendekatan yang digunakan untuk menyesuaikan jumlah persediaan akhir atau harga pokok penjualan yang dilaporkan ke dalam metode yang berbeda. Kalau penelitian mereka tidak menyebutkan rumus atau model untuk penyesuaian maka penelitian ini menggunakan pendekatan yang dibuat oleh White, dkk. (1997).
2. Penelitian mereka tidak membandingkan tiga alternatif metode persediaan yang diuji dalam penelitian ini, yaitu FIFO, LIFO, dan rata-rata tertimbang sebagaimana penelitian ini lakukan.
3. Oleh karena tingkat inflasi sangat berpengaruh terhadap hasil penelitian, maka penelitian ini menggunakan sampel yang terdiri dari lima tahun, sehingga diharapkan mempunyai data tingkat inflasi yang beragam.
4. Oleh karena persediaan antar industri beragam, sedangkan penelitian ini lebih berfokus pada persediaan dan penyusutan, maka penelitian ini membagi sampel ke dalam kelompok industri manufaktur agar dapat mengetahui konsistensi hasil penelitian karena kemungkinan perbedaan metode akuntansi persediaan akan berpengaruh terhadap rasio keuangan pada suatu industru sedangkan industri yang lain tidak.

Pengembangan Hipotesis
Dari uraian di atas, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
HA: Terdapat perbedaan rasio-rasio keuangan perusahaan akibat penyesuaian laporan keuangan ke dalam metode akuntansi yang berbeda.
Selanjutnya dirumuskan hipotesis A secara parsial sebagai berikut:
HA1: Terdapat perbedaan rasio-rasio keuangan perusahaan akibat penyesuaian laporan keuangan dari metode akuntansi persediaan FIFO ke dalam metode akuntansi persediaan LIFO.
HA2: Terdapat perbedaan rasio-rasio keuangan perusahaan akibat penyesuaian laporan keuangan dari metode akuntansi persediaan FIFO ke dalam metode akuntansi persediaan rata-rata tertimbang.
HA3: Terdapat perbedaan rasio-rasio keuangan perusahaan akibat penyesuaian laporan keuangan dari metode akuntansi penyusutan garis lurus ke dalam metode akuntansi penyusutan double declining balance method.
HA4: Terdapat perbedaan rasio-rasio keuangan perusahaan akibat penyesuaian laporan keuangan dari metode akuntansi persediaan FIFO dan metode akuntansi penyusutan garis lurus ke dalam metode akuntansi persediaan LIFO dan metode akuntansi penyusutan double declining balance method.
HA5: Terdapat perbedaan rasio-rasio keuangan perusahaan akibat penyesuaian laporan keuangan dari metode akuntansi persediaan FIFO dan metode akuntansi penyusutan garis lurus ke dalam metode akuntansi persediaan rata-rata tertimbang dan metode akuntansi penyusutan double declining balance method.

F. METODE PENELITIAN
Data, Populasi, dan Sampel
Penelitian ini menggunakan data laporan keuangan tahun 2004 sampai tahun 2008. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang melaporkan keuangannya dengan lengkap tahun 2004 sampai dengan tahun 2008. Sampel dipilih dari populasi perusahaan yang sahamnya terdaftar dan diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia, berdasarkan purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut:
1. Menggunakan metode FIFO dalam perhitungan persediaan baik untuk induk maupun anak perusahaan.
2. Menggunakan metode garis lurus dalam perhitungan penyusutan baik untuk induk maupun anak perusahaan.
3. Dalam hal perusahaan yang menggunakan metode garis lurus dalam perhitungan penyusutan, masa manfaat aktiva tetap sama antara perusahaan induk maupun anak.
Data inflasi yang digunakan dalam metode persediaan adalah bersumber dari Bank Indonesia.

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel penelitian yang akan diuji dalam penelitian ini adalah rasio-rasio keuangan menurut kategori Foster (1986: 60), yaitu rasio-rasio keuangan yang terpengaruh oleh penyesuaian metode akuntansi dalam penelitian ini:
1. Cash Position
Cash position didefinisikan sebagai hasil bagi antara jumlah cash dan marketable securities terhadap total assets dan current liabilities.
2. Liquidity
Liquidity diukur dari current ratio dan quick ratio.
3. Working Capital
Variabel working capital diukur dengan rasio antara modal kerja kegiatan operasi terhadap total aset dan penjualan, juga arus kas dari kegiatan operasi terhadap total asset.
4. Capital Structure
Capital Structure atau Leverage merupakan rasio antara kewajiban jangka panjang serta jumlah kewajiban lancar dan kewajiban jangka panjang terhadap ekuitas pemegang saham.
5. Debt Service Coverage
Variabel debt service coverage dikukur dengan rasio antara operating income terhadap annual interent payment.
6. Profitability
Profitability diukur dengan menggunakan ROA, ROE, atau rasio antara net income terhadap revenues, total assets, dan shareholder's equity.
7. Turnover
Variabel turnover dikukur melalui asset turnover dan inventory turnover.

Langkah-langkah Pengolahan Data
1. Penyesuaian elemen-elemen laporan keuangan
Penyesuaian metode penyusutan adalah penyesuaian dari metode garis lurus ke metode depresiasi dipercepat yaitu double declining balance method. Data mengenai penyusutan yang ada dalam laporan keuangan memadai untuk dilakukan penyesuaian.
Penyesuaian metode persediaan adalah penyesuaian dari metode FIFO ke metode LIFO dan metode rata-rata tertimbang. Akan tetapi data mengenai persediaan yang ada dalam laporan keuangan tidak memadai untuk dilakukan penyesuaian, sehingga digunakan suatu model pendekatan dari White, dkk. (1997), sebagai berikut:
COGSL = COGSF + (BIF x r)........................1)
Dalam hal ini,
COGSL = cost of goods sold LIFO
COGSF = cost of goods sold LIFO
BIF = beginning inventory FIFO
r = tingkat inflasi
Rumus 1) diturunkan dari:
Perbedaan COGSFIFO dan COGSLIFO akan tampak sebagai berikut:






Jika dilihat dari gambar di atas, bagian yang sama dari COGSFIFO dan COGSLIFO adalah Q1, Q2, dan Q3, sehingga perbedaan antara dua metode tersebut adalah perbedaan antara Q0 (cost of beginning) dan Q4 (ending inventory).
Dengan asumsi bahwa pembelian inventory tiap periode adalah sama, dan terjadi kenaikan harga, maka sebenarnya perbedaan antara COGSFIFO dan COGSLIFO adalah perbedaan harga per unit, sedangkan jumlah unitnya adalah sama. Demikian halnya dengan unit yang dilaporkan sebagai persediaan akhir dalam neraca, unit persediaan akhir antara metode FIFO dan LIFO tidak berbeda akan tetapi ketika dikalikan dengan harga per unit maka jumlah persediaan akhir menjadi berbeda.
Perhitungan perbedaan tersebut adalah sama dengan:
Q4 – Q0 = Q0P(1 + r) – Q0P = Q0 Pr
Dalam hal ini, P adalah price.
Oleh karena COGSLIFO adalah COGSFIFO ditambah perbedaan perhitungan inventory antara dua metode, maka:
COGSL = COGSF + Q0 Pr
COGSL = COGSF + (Beginning inventory FIFO x r)
Menurut White, dkk. (1997), penyesuaian COGS rata-rata tertimbang (COGSW) ke COGSLIFO dapat dilakukan dengan cara yang sama seperti penyesuaian dari FIFO ke LIFO, akan tetapi pendekatan yang dilakukan adalah mengalikan pesediaan awal dengan setengah tingkat inflasi. Pendekatan tersebut adalah sebagai berikut:
COGSL = COGSW + (BIW x ½ r )
Rumus di atas tidak dapat digunakan dalam penelitian ini karena penyesuaian yang akan dibuat dalam penelitian ini adalah dari COGS FIFO (COGSF) ke COGS rata-rata tertimbang (COGSW). Oleh karena itu rumus di atas perlu disesuaikan, sebagai berikut:
COGSW = COGSF + (BIF x ½ r )

2. Menghitung rasio-rasio keuangan sebelum penyesuaian dan setelah penyesuaian.
Setelah data persediaan dan penyusutan disesuaikan atau dikonversi ke dalam metode yang berbeda, maka elemen-elemen yang bersangkutan disesuaikan. Pada neraca elemen yang perlu disesuaikan yaitu persediaan, aktiva tetap, hutang pajak, dan ekuitas. Sedangkan pada laporan laba rugi, elemen yang perlu disesuaikan adalah harga pokok penjualan (COGS), laba operasi, laba kotor, beban atau manfaat pajak, dan laba bersih. Selanjutnya setelah elemen-elemen dalam laporan keuangan disesuaikan, dilakukan perhitungan rasio keuangan.

Pengujian Hipotesis
Sebelum hipotesis diuji, data rasio keuangan sebelum dan setelah penyesuaian diuji apakah distribusi data tersebut normal atau tidak. Jika distribusi data sebelum dan setelah penyesuaian adalah normal, pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan alat uji compare means paired-sample T test. Apabila salah satu data tidak normal atau keduanya, maka pengujian hipotesis menggunakan alat uji non parametrik Wilcoxon Signed Ranks Test (Neter, dkk., 1993).

Metode Analisis Data
1. Uji compare means paired-sample T test
Sebelum hipotesis diuji, data rasio keuangan sebelum dan setelah penyesuaian diuji apakah distribusi data tersebut normal atau tidak. Jika distribusi data sebelum dan setelah penyesuaian adalah normal, pengujian hiptesis dilakukan dengan menggunakan alat uji compare means paired-sample T test (Neter, dkk. 1993).
2. Uji non parametrik Wilcoxon Signed Rank Test
Apabila sebelum hipotesis diuji, data rasio keuangan sebelum dan setelah penyesuaian diuji, salah satu data tidak normal atau keduanya, maka pengujian hipotesis menggunakan alat uji non parametrik Wilcoxon Signed Rank Test (Neter, dkk. 1993).
3. Uji Sensitivitas
Analisis sensitivitas dimaksudkan untuk mengetahui konsistensi hasil penelitian apabila sampel dipecah menjadi lima dan diuji tersendiri untuk setiap tahun, karena masing-masing tahun mempunyai tingkat inflasi yang berbeda, analisis ini tidak dilakukan pada penyesuaian metode penyusutan. Analisis sensitivitas yang dilakukan pada penyesuaian kombinasi dimaksudkan untuk melihat pengaruh gabungan metode penyusutan terhadap metode persediaan.






DAFTAR PUSTAKA


Baridwan, Zaki. 2004. Intermediate Accounting. Edisi 8. Yogyakarta: BPFE.
Bank Indonesia (BI). 2004. Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia. Vol. VI. No. 12.
Bowen, Robert M, Larry DuCharme, dan D Shores. 1995. “Stakeholders’ Implicit Claims and Accounting Method Choice.” Journal of Accounting and Economics. Vol. 20.
Christie, Andrew A, dan Jerold L. Zimmerman. 1994. “Efficient and Opportunistic Choices of Accounting Procedures: Corporate Control Contests.” The Accounting Review. Vol. 69. No. 4.
FASB. 1978. Statement of Financial Accounting Concepts. Connecticut.
Foster, George. 1986. Financial Statement Analysis. Edisi 2. New Jersey: Prentice-Hall.
Healy, P.,& J.M.Wahlen. 19990 A Review of the Earnings Management Literature and Its Implications for Standard Setting. Accounting Horizon. Vol 13: 365-383.
Houltausen, R. 1990. “Accounting Method Choice: Opportunistic Behavior, efficient Contracting, and Information Perspectives.” Journal of Accounting and Economics. Vol. 12.
IAI. 2002. Standar Akuntansi Keuangan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.
Machfoedz, Mas’ud. 1994. “Financial Ratio Analysis and Prediction of Earnings Changes in Indonesia.” Kelola. No. 7. Vol. III.
Mangeswuri, Dewi Restu. 2005. "Pengaruh Pengungkapan Sukarela Terhadap Nilai Perusahaan yang Dimoderasi Struktur Kepemilikan Pada Perusahaan Menufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakrta." Thesis STIE YKPN Yogyakarta.
Neter, John, William Wasserman, dan G. A. Whitemore. 1993. Applied Statistics. Edisi 4, Boston: Allyn and Bacon,.
Rakhman, Fu'ad. "Analisis Hubungan Antara Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan dengan Srtuktur Modal dan Tipe Kepemilikan Perusahaan." Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol 15, No.1, 2000, Hal. 70-82.
Scott, William R. 2003. Financial Accounting Theory 3rd Ed. Prentice-Hall.
Sondakh, Julie Jeanette. 1993. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pada Pemilihan Metode Depresiasi. Thesis S-2. Fakultas Pasca Sarjana. Universitas Gadjah Mada.
Suwardjono. 2005. Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Edisi 3, Yogyakarta: BPFE.
Watts, Ross L, dan Jerold L. 1986. Zimmerman. Positive Accounting Theory. New Jersey: Prentince Hall.
White, Gerald I, Ashwinpaul C Sondhi, dan Dov Fried. 1997. The Analysis and Use of Financial Statements. Edisi 2. New York: John Wiley & Sons, Inc.
Wolk, Harry I, Michael G. Tearney, dan James L. Dodd. 2001. Accounting Theory: A Conceptual and Institutional Approach. Cincinnati: South-Western College Publishing.

.

Desember 30, 2009

Cinta, Tertawa, Menulis, dan Musik

Kemarin, dan sehari yang lalu, saat gw membongkar laci filling cabinet berwarna cokelat yang ada di sudut kamar itu, gw menemukan setumpuk buku harian gw. Gw itung dan WOW jumlahnya tujuh... Biasalah gambar cover depan buku harian gw emang lucu-lucu, jadi gga heran kalo semisal gw tergoda untuk menyentuhnya setelah ada kalo tiga tahun gw gga 'menyentuhnya'. Rasanya dingin.

"Pasti ini gara-gara kelamaan di pojokan sini deh," batin gw

Dan gw bawalah buku haian biru itu ke atas tempat tidur. Ternyata buku harian SMP gw. Halaman pertama gw buka. Dan reaksi gw pertama adalah: KETAWA. Serius, gw ketawa, sama seperti waktu gw liat film The Holiday yang pas scene si Kate Winslet nangis gara-gara cowok yang udda dia cintai selama tiga tahun akhirnya menikah dengan wanita lain dan meminta Kate Winslet untuk meliput pernikahan itu. Serius, mungkin adegan film itu menyedihkan, tapi gw ketawa!! Ketawanya gara-gara NANGIS-nya si Kate Winslet itu over banget. Ah sudahlah toh sutradaranya gga bilang CUT waktu itu. Back, soal buku harian gw, kenapa gw ketawa adalah, NARSIS GW. Ada hal yang gw tulis di halaman pertama di buku harian gw itu yang bikin gw inget bahwa mungkin gw orang paling narsis di dunia (selain itu FYI, gw adalah orang paling GILA sedunia).

Udah ah, masalahnya bukan pada KETAWA ge itu, tapi pada content buku harian gw. Tau apa isinya? Isinya adalah hal-hal menyebalkan nagi gw (saat itu). Lain ceritanya kalo buku harian itu gw baca kemaren. Gw bukannya kebakar emosi kayak saat gw menulis itu dulu, tapi gw justru malah malahan ngerasa HAL BODOH SEKALI yang gw tulis di sana.

"Ohhh kasian sekali dirimu buku harian biruku.. maafkan aku karena telah mencoret-coret hidupmu yang bersih dengan kisahku yang sama sekali tidak penting..."

Bukan hanya itu, sangat tidak penting semua. Oke nggak semua, tapi hampir semua. Kecuali yang bagian halaman nulis DREAM LIST. Gileeee... Gw baru tau (baru inget) kalo pas gw masih ingusan dulu gw udda punya dreams list kayak sekarang. Emang sekarang gw gga ingusan gitu? NGGAK!! Palingan juga kalo gw masang emoticon pake UMBEL doang.. itu juga jarang. :D Lagi, gw gga habis pikir gimana mugkin gw bisa nulis segitu banyak, berhalaman-halaman, berlembar-lembar untuk suatu kisah, dan begitu mendramatisir sekali, sedangkan pasti gw juga butuh banyak hal untuk diselesaikan waktu itu. Misalnya ya, ada halaman dimana gw menulis kisah tentang "Pencurian di perpustakan yang gw saksikan dengan mata-kepala gw sendiri tapi gw gga bisa melakukan apa-apa" Nah, lima halaman gw tulis, pake pulpen, sekali lagi lima halaman. Sekali lagi ah, LIMA halaman!! L-I-M-A halaman!!!!! Gw kepikiran mau gw sobek ajja tu halaman, terus gw kirimin ke SOLOPOS ajja biar dimuat di edisi Minggu pagi, tapi gw urungkan pikiran gw itu karena gw tau kalo pada akhirnya kiriman gw ke SOLOPOS itu akan berakhir di tong sampah lantai satu di SOLOPOS karena pasti redaksinya berpikir: Ada orang gila yang bermain-main dengan perangko dan amplop dan memasukkan sampah kedalamnya lalu mengirimkan ke alamat SOLOPOS.

Anyway, it's the truth!! Lima halaman itu mungkin gga begitu banyak, kalo gga gw tulisa pas gw TESTING!!! Bayangkan sodara-sodara begitu banyak waktu yang gw 'sisihkan' buat coret-coret buku harian ketimbang belajar. But gw tau diri gw. Kalopun dulu gw melakukan hal itu, gw pasti punya alesan. Bukan gw namanya kalo melakukan sesuatu tanpa gw pikir setengah mati dulu. Tapi kira-kira apa ya yang ada dipikiran gw waktu itu? Itulah yang gw gga inget.. Kalo sekarang, gw memang masih tetep menggunakan beberapa waktu saat gw membuka mata, untuk sekedar menulis. Entah apa, pokoknya menulis. Dan itu adalah kebutuhan gw. Sama seperti kalo kalian membutuhkan makanan dan minuman untuk hidup. Itu preference gw dalam hidup. Hidup gw selalu gw buat berwarna, dengan tertawa, dengan menulis, dengan musik, dan dengan cinta,

TERTAWA
Hal yang selalu gw lakukan adalah tertawa, dalam banyak kesempatan. Hal mudah yang membawa keceriaan hati, jiwa, dan menyenangkan. Bersyukurlah bisa tertawa. Karena kadang gw juga gga bisa tertawa dalam suatu waktu karena suatu hal. But without LAUGH and COMEDY, hidup bakalan jadi kurang warna.

MENULIS
Yang ini kebutuhan jiwa gw. Gw gga kebayang kalo sehari ajja gw gga menulis, kayak apa jadinya. Banyak yang bisa gw ceritain tentang rasa yang hadir karena menulis. Rasa tenang, rasa nyaman, rasa puas, dan rasa-rasa lain yang gga bisa dihadirkan oleh tertawa, musik, dan cinta.

MUSIK

Musik, gw suka semua musik POP, JAZZ, ROCK. Asalkan itu bukan dangdut! Jazz is like painting what about inside you. Dan Pop dan Rock menemaninya.

CINTA

Hal ini yang gw rasa paling menyita waktu, perhatian, dan pikiran gw dalam hidup. Cinta selalu gga lepas dari kata 'pilihan'. Cinta adalah pilihan. Cinta adalah sesuatu yang gga bisa dipaksakan. Cinta bisa dateng karena apapun, kapanpun, dan dimanapun, tanpa permisi. Menyadari kehadirannya, itu yang susah. Saat menyadari, dan cinta itu mewarnai hidup gw, gw merasakan sensasi warna hidup yang luar biasa. Namanya juga warna, bisa pudar, dan bisa dihapus karena gw selalu siap sedia pinsil warna berwarna putih ;)

Itu dulu ajja mungkin yang gw hadirkan buat kalian saat ini. Nanti atau besok lanjut deh ;) Mau ngerjain proposal skripsi dulu nih. Tugas buat di kumpulin ntar malem by email.
Bye Guys.




iKainheRe

:::: tHe fRienDLy kinDLy cHeeRy giRL ::::

Through Her Eyes - Dream Theatre Lyrics

She never really had a chance
On that fateful moonlit night
Sacrificed without a fight
A victim of her circumstance

Now that I've become aware
And I've exposed this tragedy
A sadness grows inside of me
It all seems so unfair

I'm learning all about my life
By looking through her eyes

Just beyond the churchyard gates
Where the grass is overgrown
I saw the writing on her stone
I felt like I would suffocate

Inloving memory of our child
So innocent, eyes open wide
I felt so empty as I cried
Like part of me had died

I'm learning all about my life
By looking through her eyes

And as her image
Wandered through my head
I wept just like a baby
As I lay awake in bed

And I know what it's like
To lose someone you love
And this felt just the same

She wasn't given any choice
Desperation stole her voice
I've been given so much more in life
I've got a son, I've got a wife

I had to suffer one last time
To grieve for her and say goodbye
Relive the anguish of my past
To find out who I was at last

The door has opened wide
I'm turning with the tide
Looking through her eyes


iKainheRe

:::: tHe fRienDLy kinDLy cHeeRy giRL ::::

Torn - Natalie Imbruglia Lyrics

Artist : Natalie Imbruglia
Lirik Lagu : Natalie Imbruglia - Torn Lyrics


I thought I saw a man brought to life
He was warm, he came around like he was dignified
He showed me what it was to cry
Well you couldn't be that man I adored
You don't seem to know, don't seem to care what your heart is for
But I don't know him anymore
There's nothing where he used to lie
My conversation has run dry
That's whats going on, nothing's fine I'm torn

* I'm all out of faith, this is how I feel
I'm cold and I am shamed lying naked on the floor
Illusion never changed into something real
I'm wide awake and I can see the perfect sky is torn
You're a little late, I'm already torn

So I guess the fortune teller's right
Should have seen just what was there and not some holy light
To crawl beneath my veins and now
I don't care, I have no luck, I don't miss it all that much
There's just so many things that I can't touch, I'm torn

[Repeat *]

There's nothing where he used to lie
My inspiration has run dry
That's what's going on, nothings right, I'm torn

I'm all out of faith, this is how I feel
I'm cold and I am shamed lying naked on the floor
Illusion never changed into something real
I'm wide awake and I can see the perfect sky is torn
I'm all out of faith, this is how I feel
I'm cold and I'm ashamed bound and broken on the floor
You're a little late, I'm already torn.




iKainheRe

:::: tHe fRienDLy kinDLy cHeeRy giRL ::::

formspring.me

Belakangan diduga bahwa efek dari obat-obatan yang dikonsumsi adalah tidur menjadi sering terjaga. http://formspring.me/ikainhere

Desember 29, 2009

Lagi, Bertemu Dengan Experience

Oke. Berarti bukan dalam waktu dekat gw boleh ninggalin FE UNS untuk BPK..

Singkatnya gitu, tapi kalo gw boleh bilang, ternyata semua proses ini sama seperti proses komitmen. Lain mungkin rasa yang gw rasain kalo seandainya gw gagal di tahap awal, bukan di tahap 2 seperti ini. Rasa downnya akan lebih bisa "diatur" kalo gagal di tahap awal ketimbang tahap yang lebih jauh. Sama seperti komitmen, semakin jauh, akan lebih membekas rasanya ketimbang "kenapa gga dari awal ajja sih" ato "kenapa harus dimulai".

Toyota-Crown-Hitam Itu...

Hai guys dimanapun elo duduk.

Tadi jam 01:00 dini hari gw update status Facebook, isinya.. gga penting (bagi gw) soalnya cuman tentang mobil Toyota-Crown-Hitam senilai masing-masing Rp 1,3Miliar yang mau dibagi-bagiin pagi ini ke 150 pejabat negara.

Gw kan lagi nonton House Of Wax waktu itu, nah iklan, terus gw pindah channel, dan munculah news Toyota-Crown-Hitam itu. Spontan kan gw hoek-hoek, dan gw update. Eeee pagi ini gw tengok komen statusnya banjir.. (heran masih ada yang idup jam 01:00 buat komen).

Desember 28, 2009

formspring.me

Kira-kira apa penyebab utama BPK belum mengeluarkan pengumuman Seleksi CPNS tahap II nya hari ini? http://formspring.me/ikainhere

Desember 27, 2009

Panas Lagi Panas Lagi

Panas badan gw. Plus bonus pusing dan lemes.
Gatau gara2 apa. Kalo Pak Dokter bilang sih hanya banyak pikiran :s dan perlu istirahat :s
Aneh kan.
Hha ha. Gpp lah. Alhamdulillah dikasi sakit sama Alloh. Kan doa bisa lebih terkabul..


iKainheRe

Giving Up and Letting Go

Ada dua kata,
Giving Up
dan
Letting Go

Kalo dirasa-rasain, kedua kata itu punya sense yang berbeda. Gw coba menerka maknanya. Dan menurut gw, there's an important thing between giving up and letting go.

Gw yang biasa menerjemahkan apapun ke dalam kata-kata, merasa kesulitan buat menerjemahkan giving up dan letting go ke dalam kata-kata yang pas. Apa ya. Mungkin "menyerah" dan "membiarkan pergi". Important difference itulah yang sulit gw jabarkan dalam konten kata yang tepat, meskipun gw tau maksudnya.

Merubah Hidup Ataukah Hidup yang berubah

Hidup gw banyak berubah sekarang. Entah. Tapi yang gw rasain, gw tambah dewasa, berkali-kali lipat lebih dewasa. Proses pendewasaan gga sepraktis dan secepat balikin telapak tangan. Itu perlu proses panjang, dan dalam hitungan bulanpun gga cukup, hitungan tahun akhirnya terlibat.

Pernah suatu kali terlintas di pikiran gw:
"Kalo toh emang akan seperti ini, kenapa harus melewati proses itu segala sih"
Dan jawabannya adalah:
"Karena proses itu akan membawamu lebih dewasa"

Jawaban yang sangat bisa gw terima.

Desember 26, 2009

formspring.me

Why capuccino float was so delicious? http://formspring.me/ikainhere

Adegan-iya-iya-di-coffee-shop

posting soon


iKainheRe

:::: tHe fRienDLy kinDLy cHeeRy giRL ::::

Seven Hours in One Day With Riuusa

posting soon


iKainheRe

:::: tHe fRienDLy kinDLy cHeeRy giRL ::::

Desember 22, 2009

Mother Day

22 Desember nih, hari ibu..

Happy Mother Day ^^
I love you mam :x (hug)


iKainheRe

:::: tHe fRienDLy kinDLy cHeeRy giRL ::::

Desember 21, 2009

Dee Idea

Barusan gw Blogwalking ke Blognya Dee Lestari.. disini dan kemudian gw baca postingan terbarunya tentang Luna Maya yang ngamuk-ngamuk di Twitter beberapa hari yang lalu. Pas saat gw baca tweetnya @lunmay emang kaget sih gw terus terang, ya gimana lagi, orang seorang public figur, yang gw kira bisa membawa diri tapi "misuh-misuh" gitu... dan apa kata Dee? ini kutipan postingannya Dee about hal itu.
--------
LUNA BUKAN KOPAJA

Peluru ditembakkan ke udara. Asbak melayang. Dan sekarang, sebaris sumpah serapah di Twitter.

Relasi media hiburan dengan komoditas tunggalnya—yakni para penghibur, atau yang lebih sering disebut “artis”—adalah hubungan yang berwarna-warni. Kadang-kadang keduanya menempel manis bagai semut yang memeluk gula, tapi kadang-kadang keduanya saling sengit bagai kucing dan anjing.

Dan kini, dalam mangkok besar industri hiburan, kita pun punya apa yang disebut: infotainment—hadir dalam bentuk program teve yang laku ditonton dan diproduksi dengan biaya tak besar. Berbeda dengan sinetron yang menuntut puluhan kru serta puluhan pemain dengan honor yang tak kecil, infotainment melenggang ringan dengan satu-dua kamera, dua-tiga kru, dan segenggam mikrofon yang ditodongkan ke para artis yang tak dibayar* untuk membuka ruang privat kehidupan mereka. Simbiosa? Sudah pasti. Saling membutuhkan? Tidak setiap saat. Saling menguntungkan? Belum tentu.

Berikut beberapa anggapan umum, yang saking mapannya bersarang di benak masyarakat, sudah jarang kita pertanyakan atau cek kebenarannya, antara lain:

1. “Media hiburan dan artis saling membutuhkan.”

Bagi saya, kalimat itu terdengar manis dan bijak tapi juga menjebak dan menjerat. Menjebak hingga artis dipaksa untuk melonggarkan bahkan merobohkan garis privasi di luar keinginannya, dan menjerat masyarakat untuk terus mewajarkan tindakan-tindakan intimidatif infotainment dengan alasan “itu kan risiko jadi orang terkenal.”

Agar karya saya menggaung di masyarakat luas, saya membutuhkan media sebagai amplifier-nya, termasuk media hiburan (meski ada juga karya yang jadi besar dan laris bahkan sebelum media sempat menyentuhnya). Namun tidak semua jenis pemberitaan mendukung karya ataupun pamor saya. Bahkan ada pemberitaan yang mengganggu hidup saya. Bukan “saling membutuhkan” namanya jika saya menolak diliput dan malah terus dikuntit, rumah saya ditongkrongi dan dimata-matai. Bukan “saling membutuhkan” namanya jika kalimat saya diputar-balikkan untuk memenuhi opini subjektif tertentu melalui gambar dan narasi yang lantas dibagi ke jutaan pemirsa. Dalam situasi seperti itu, saya menolak keras generalisasi bahwa artis selalu membutuhkan media hiburan.

Media dan seorang artis hanya layak disebut saling membutuhkan jika memang keduanya sedang merasa ada kebutuhan, yang artinya: situasional. Tidak terus-menerus dan berubah-ubah.

2. “Hubungan antara artis dan infotainment bersifat mutualisme.”

Mengatakan, atau mengharapkan, bahwa hubungan antara artis dan infotainment selalu bersimbiosa mutualisme, menurut saya, adalah pernyataan yang buta. Simbiosa yang terjadi di lapangan bisa beragam:

• Mutualisme : Saat si artis mengizinkan dengan sukarela untuk si infotainment masuk ke dalam ruang privatnya, dari mulai meliput bisnis sampingan, meliput ulang tahun anak, bahkan untuk membantu posisi tawarnya dalam industri. Infotainment pun kadang sengaja dilibatkan ketika si artis hendak memenangkan sebuah konflik. Dalam relasi ini, kedua pihak sama-sama diuntungkan.

• Komensalisme : Dengan izin atau tanpa izin, disengaja atau tidak, infotainment mewawancarai artis dan diladeni secara netral-netral saja. Misalnya, untuk memberi komentar ringan, atau meminta klarifikasi atas berita-berita remeh (baca: bukan skandal). Dalam pengamatan saya, relasi macam inilah yang paling banyak terjadi; si artis bisa berjalan lalu sambil berkata “Ah. Biasalah, infotainment,” dan si reporter bisa permisi pergi dengan muka lurus tanpa harus mengejar dan mencecar. Dalam jenis relasi ini, artis tidak merasa diuntungkan, tapi juga tidak merasa dirugikan.

• Parasitisme : Ketika si artis tidak memberikan persetujuan, kerelaan, atau keinginan untuk meladeni infotainment, tapi terus didesak, dipaksa, bahkan diintimidasi. Dan kemudian berita tetap ditayangkan dengan memakai perspektif satu pihak saja. Dalam pengemasannya, beberapa infotainment bahkan sampai melakukan teknik wawancara imajiner, pemalsuan suara, memutar balik kejadian sebenarnya, dan cara-cara lain yang sudah menjurus ke arah fitnah.** Dalam relasi ini, jelas yang diuntungkan hanyalah pihak infotainment, sementara pihak artis dirugikan, bahkan dicurangi.

Terbius dalam rumusan ideal bahwa relasi artis-media hiburan harusnya selalu saling menguntungkan terlepas fakta lapangannya seperti apa, mengakibatkan kita—sebagai masyarakat—cenderung permisif. Dan, sebagai artis, kita cenderung memilih diam.

3. “Kalau beritanya aib pasti artisnya menghindar, kalau berita baik infotainment-nya dibaik-baikin.”

Lagi-lagi, buat saya itu adalah opini yang malas dan tak jeli. Tak sedikit area yang disebut “baik-baik” oleh banyak orang, tapi bagi beberapa artis tertentu merupakan ruang privat yang tidak ingin dibagi ke infotainment, seperti kelahiran anak, acara pernikahan, dst. Dan banyak juga konflik/isu berbau skandal yang secara sengaja justru melibatkan infotainment atas undangan/persetujuan/kerelaan artisnya. Jadi, fakta di lapangan lagi-lagi tidak mendukung opini umum tersebut. Setiap artis punya preferensi dan garis batasnya masing-masing.

4. “Seorang figur publik wajib membuka dirinya terhadap publik karena ia sudah jadi milik publik.”

Sewaktu kecil, saya tidak pernah bercita-cita jadi figur publik. Yang saya ingat, saya ingin jadi penulis dan musisi profesional. Itu saja. Saat saya berkarya, saya mempertanggungjawabkannya dengan cara-cara yang sederhana: menjamin bahwa karya saya asli dan mencintainya sepenuh hati.

Namun karya dan citra melangkah seiring sejalan ketika sudah masuk ke dalam industri. Di sana, karya menjadi besar, citra pun ikut membesar, dan saya yang manusia biasa kadang-kadang tenggelam oleh keduanya. “Figur publik” akhirnya menjadi efek samping yang mengiringi profesi artis, walaupun berkarya dan terkenal sebetulnya adalah dua hal yang berbeda.

Sialnya, pengertian “figur publik” selalu ditempelkan dengan konotasi “milik publik”. Kita amat sering terpeleset dengan menganggap keduanya identik, padahal secara esensi keduanya berbeda. Dalil itulah yang kemudian digunakan infotainment untuk menuntut artis buka mulut. Sering sekali mereka mengatasnamakan “masyarakat” dengan mengatakan “Masyarakat berhak untuk tahu!”

Bagi saya, yang menjadi milik publik adalah karya saya. Masyarakat bisa membeli buku saya, CD album saya, mengundang saya untuk diskusi buku dalam kapasitas saya sebagai penulis, atau mengundang saya bernyanyi dalam kapasitas saya sebagai penyanyi. Namun saya punya hak penuh atas kehidupan pribadi saya. Hidup saya bukan milik publik. Adalah hak saya sepenuhnya untuk menentukan seberapa banyak potongan kehidupan pribadi yang ingin saya bagi dan mana saja yang ingin saya simpan.

Artis adalah manusia yang berkarya. Bukan telepon umum.

5. “Seorang artis harus selalu bertutur laku baik dan sopan.”

Ini barangkali anggapan umum yang paling naif tentang artis. Pertama-tama, bukan hanya artis, seorang tukang becak pun dituntut untuk bertutur laku baik dan sopan pada penumpangnya. Ketika sudah hidup bermasyarakat, sikap baik dan sopan melancarkan interaksi kita dengan satu sama lain. Namun kita juga manusia yang punya dua sisi. Kita pun bisa marah dan kehilangan kendali. Lantas apa yang membedakan Luna Maya dengan Mang Jeje—tukang becak langganan saya di Bandung?

Sebuah pepatah bijak berkata: “Semakin tinggi pohon, semakin keras angin menerpa.” Saya setuju. Tapi tidak berarti bahwa seseorang yang dianggap bintang lantas di-dehumanisasi-kan. Menuntut seorang bintang untuk selalu sempurna, bukan saja berarti penyangkalan atas kemanusiawian, tapi juga mustahil bisa dipenuhi. Jadi, jika kesempurnaan adalah kemustahilan, mengapa sebagian dari kita begitu sulit berempati?

Seorang Luna Maya, yang sudah minta pengertian secara baik-baik, tapi malah terus didesak hingga kamera membentur kepala anak yang sedang ia gendong, lantas meledakkan emosinya di Twitter—sebegitu irasionalkah tindakannya itu? Atau justru manusiawi? Apa yang kira-kira akan kita lakukan jika kita menjadi Luna? Tetap bermanis-manis hanya karena status artisnya, hanya karena konon ia “milik publik”? Sekali lagi, seingat saya, Luna adalah model dan presenter. Bukan Kopaja. Apa hak kita untuk mengklaim agar Luna bertutur laku sebagaimana keinginan kita? Kita bisa menyimpan fotonya, menyimpan RBT lagu Luna di telepon genggam kita, tapi kita tidak bisa mengontrol manusianya seperti kita mengoperasikan AC dan remote-nya.

6. “Tanpa media, artis tidak akan jadi siapa-siapa.”

Ini barangkali sihir terkuat yang merasuk di kalangan artis. Kita tahu, betapa besar peran media dalam perkembangan karier seorang artis—entah itu karier musik, sinetron, film, model, dsb. Tapi, mari kita lihat skala yang sesungguhnya: Media bukan cuma satu. Media hiburan merupakan salah satu bagian, bukan keseluruhan. Infotainment juga cuma sebagian dari media hiburan, bukan keseluruhan.

Infotainment memang powerful. Terbukti ada orang-orang yang disulap dari bukan siapa-siapa dan tahu-tahu menjadi artis papan atas setelah diekspos habis-habisan di infotainment. Dan ada juga artis yang hidupnya ditelanjangi habis-habisan sampai harus menghilang bertahun-tahun dari panggung hiburan.

Tapi, jangan kita balik logikanya. Saya tidak melihat infotainment dan artis seperti logika ayam dan telur. Apalagi kalau infotainment disebut sebagai “induk” dari eksistensi seorang artis. Infotainment adalah fenomena yang muncul tahun ’90-an, sementara saya tumbuh besar menyaksikan artis-artis yang mampu eksis berdasarkan bakat dan karyanya jauh sebelum ada infotainment. Dan jangan kita lupa, tanpa artis, infotainment hanya corong kosong tanpa isi. Corong itu boleh nyaring. Tapi kalau tidak ada yang disuarakan, ia pun senyap dan hampa.


Bangun Dari Ilusi

Sayangnya, selama ini dari kalangan artis sendiri lebih banyak memilih diam atau bersungut-sungut di belakang. Padahal pihak artislah yang paling banyak dirugikan. Entah karena terlena, merasa bakal sia-sia saja, atau kita masih dihantui image infotainment yang terasa begitu besar dan berkuasa hingga kita percaya buta bahwa jatuh-bangun karier kita ditentukan mereka. Dan sama seperti semua manusia, tidak ada artis yang ingin kehilangan rezekinya atau dihukum di layar kaca dengan pemberitaan negatif.

Jika ada pepatah bijak yang bisa berguna, maka inilah dia: “Rezeki diatur oleh Tuhan. Bukan oleh infotainment.”

Saya tidak mengajak siapa pun untuk memusuhi infotainment. Permusuhan bukanlah tujuan saya menulis sebegini panjang lebar. Tapi kiranya para artis bisa melihat relasinya dengan media hiburan secara proporsional.

Mari kita bangun dari ilusi bahwa cuma ada satu tangan besar yang menentukan mati-hidupnya karier kita. Keberhasilan seorang artis ditentukan oleh banyak faktor, frekuensi pemunculannya di infotainment hanyalah satu faktor, bukan segalanya.

Berikut beberapa hal sederhana yang sekiranya bisa seorang artis lakukan untuk perimbangan berita:

1. Ungkapkanlah sisi cerita kita. Menulis di blog/situs pribadi, atau lakukan wawancara dengan media cetak yang bersahabat untuk menulis sisi cerita kita. Jangan kecil hati jika cerita kita kalah jumlah pembacanya dengan pemirsa teve yang jutaan. Adanya sebuah sumber cerita langsung dari yang bersangkutan jauh lebih berarti ketimbang bungkam sama sekali.

2. Jika memungkinkan, bawalah alat perekam/kamera saat infotainment meliput kita. Semua artis yang pernah berurusan dengan infotainment tentunya tahu betapa banyak kejadian asli yang terdiskon ketika muncul di layar teve, belum lagi narasi yang merajut potongan adegan agar muat di kerangka opini tertentu saja. Lalu kemanakah rekaman dari sisi kita itu kita tayangkan? YouTube. Promosinya? Believe me, with a tweet or two, we can have thousands of viewers before we know it. Maybe even more if it got spread. Kalau tidak mau repot sampai menayangkan pun tidak masalah, dengan membawa perekam tandingan saja sudah cukup mengubah percaturan psikologis saat kita sedang diliput. Catatan: Reza pernah merekam balik juru kamera infotainment yang menguntitnya. Dan ketika dia bertanya: “Buat apa Mas Reza pakai kamera segala?” Reza menjawab, “Ya sama kayak kamu, ngambil gambar tanpa izin.” Hasilnya? Yang bersangkutan pun akhirnya gerah sendiri dan kabur ke toilet pria. And yes. Reza followed him all the way there.

3. Tegas berkata ‘tidak’ dan berikan batas dari awal. Tidak jarang, artis diundang ke satu acara atau dikontrak oleh pihak yang memang secara resmi mengundang infotainment. Kita bisa mensyaratkan sejak awal pada pihak penyelenggara bahwa wawancara hanya sebatas materi yang mendukung acara dan tidak melenceng ke hal-hal pribadi, dan untuk itu kita bisa meminta panitia untuk ikut menggawangi jalannya wawancara. Tegas bilang ‘tidak’ atau diam ketika pertanyaan mulai melenceng. And when things start to get out of hand, just do what every Miss Universe is known best at: smile and wave.


Penderitaan Sebagai Candu

Di luar dari itu semua, sebagian besar masyarakat pun punya problem adiksinya sendiri. Infotainment telah memanjakan tendensi manusiawi kita untuk merasakan kepuasan saat melihat ada orang lain yang tidak lebih baik, bahkan lebih menderita, ketimbang kita. Schadenfreude. Apalagi kalau orang-orang itu adalah kaum yang kita anggap super, yang punya segalanya. Kita semua menyimpan tendensi itu, sadar atau tak sadar, sama halnya kita punya potensi untuk membunuh dan merusak. Namun kita punya pilihan untuk tidak melakukannya, tidak memeliharanya.

Kita bisa menjadi penonton yang lebih mawas dan melek. Tontonan infotainment seharusnya ditujukan untuk menghibur dan memberi informasi. Ketika sudah menjadi ajang penghakiman, berarti ada yang tidak beres. Ada yang melenceng.

Sebagai penonton yang memilih tidak suka, saya sarankan untuk bersuara dengan konstruktif, entah lewat jaringan sosial di internet atau apa pun sesuai kapasitas kita. Dengan menyuarakan sikap, mudah-mudahan pihak produser infotainment maupun teve sudi instrospeksi dan membuat konten programnya lebih bermutu dan berimbang.

Cara paling sederhana? Matikan teve. Atau ganti saluran.


Berempati Tidak Perlu Polisi

It takes one to know one. Sampai kita mengalami apa rasanya dicecar dan dikepung kamera, kita tidak bisa sepenuhnya mengerti apa yang membuat Parto menembakkan pistol ke udara, apa yang membuat Sarah Azhari melempar asbak, dan apa yang membuat Luna Maya mengumpat di Twitter-nya. Di lain sisi, sampai kita tahu apa rasanya berpeluh dan bersusah payah mengejar sekalimat-dua kalimat demi mengejar setoran berita, kita pun tidak bisa sepenuhnya memahami mengapa mereka, para wartawan infotainment yang awalnya bisa sangat manis dan sopan, tahu-tahu bisa berubah seperti preman tak tahu aturan.

Saya tidak berpendapat bahwa yang ditulis Luna di Twitter-nya itu manis dan terpuji. Ia memang mengumpat dan memaki. Tapi dengan mengetahui sebab yang melatari aksi Luna, segalanya sangatlah sederhana. Kita manusia. Kita menangis. Kita tertawa. Kita marah. Kita khilaf. Sesuatu yang bisa diselesaikan dengan satu musyawarah di kedai kopi. Tanpa perlu mengadu ke polisi. Tanpa perlu UU ITE. Jadi, untuk apa membunuh nyamuk dengan bom atom?


Menghindari Bumerang Dengan Nurani

Mengadukan Luna hingga ke polisi, dan di sisi lain TIDAK memberikan berita berimbang tentang MENGAPA Luna sampai bersumpah serapah di Twitter, dan bukannya MINTA MAAF karena nyaris membuat seorang anak cedera, menurut saya adalah langkah yang tidak strategis bahkan berbahaya. Infotainment jelas bukan figur bercitra innocent yang mengundang simpati. Saat ini, infotainment tengah diuji. Artis pun sedang diuji. Dan masyarakat menyoroti. Pembelaan terhadap Luna terus mengalir.

Ironisnya, kamera pun terus berputar. Semakin panjang dan heboh masalah ini, kembali infotainment diuntungkan. Sensasi adalah uang. Jadi, jika keuntungan finansial sudah di kantong, tidakkah kehormatan juga layak dikantongi? Andai saja pihak infotainment sudi menelan ludahnya lalu melucuti label-label “pers”, “artis”, dst, kembali menjadi individu, kembali menjadi manusia biasa, ia justru bisa memperoleh respek. Namun jalur yang dipilihnya kini justru berpotensi menjadi bumerang. Pers hiburan memang besar. Tapi masyarakat jauh lebih besar.

Kasus ini bukan saja memancing reaksi dari masyarakat yang selama ini jengah bahkan muak dengan kualitas tayangan infotainment, tapi juga mengundang potensi ‘pengadilan rakyat’ yang berbasis nurani umum, seperti halnya kasus Prita vs RS. Omni. Tapi jika tujuan akhir pihak infotainment yang dinaungi PWI tersebut ternyata hanyalah sensasi (baca: rating)? Maka biarlah kecerdasan dan nurani rakyat yang akhirnya menilai sendiri.

Suara saya ini mungkin tidak punya arti. Setelah kasus ini berlalu, mungkin tetap tidak terjadi perubahan apa-apa dalam praktek infotainment, pada kegandrungan masyarakat luas akan kehidupan pribadi para artis, maupun pada sikap kebanyakan artis yang masih cenderung permisif dan bermain aman ketika berhadapan dengan kuasa kamera infotainment. Saya menghargai pilihan setiap orang. Bersimbiosa mutualisme dengan infotainment bukanlah hal yang salah. Bekerja bagi industri infotainment pun bukan hal yang salah—baik itu sebagai kru maupun presenter. Menjadi artis yang memilih untuk menutup diri dari infotainment pun bukan hal yang salah. Ini memang bukan masalah benar atau salah, melainkan preferensi. Dan ketika kita menghargai pilihan masing-masing, batas privasi masing-masing, niscaya tidak perlu lagi ada peluru menembak ke udara atau caci maki di jagat maya.

Hukum, dan praktek hukum di lapangan, tidak selalu berbasiskan nurani, melainkan permainan kelihaian di dalam kotak sistem. Jadi bukannya tidak mungkin pihak infotainment/PWI akan menjadi pemenang di jalur hukum. Jujur, saya tidak terlalu menganggapnya penting. Nurani tidak bisa dikelabui. Dan, sekali nurani terusik, masyarakat—Anda dan saya—tak akan pernah lupa.


* Ada kalanya artis dibayar. Berita-berita ringan lucu yang tahu-tahu memunculkan kemasan odol, obat penurun panas, suplemen, dsb, itu? Berita demikian namanya “insertion”. Dan artis yang berpartisipasi mendapat imbalan dari produsen yang bekerja sama dengan infotainment.

** Semua contoh metode memutar balik fakta tersebut sudah pernah saya alami langsung. Detailnya bisa dibaca di sini dan di sono.
--------------------------

Gw juga sebenernya belom baca selengkapnya sih. hahahaha. abis ini deh gw baca. :D
Met baca ^^




iKainheRe

:::: tHe fRienDLy kinDLy cHeeRy giRL ::::

Aquamarine


Jangan masukkan diriku kedalam ruangan bersuhu 800-900 derajat Celcius, apa kau tahu, warnaku bisa hilang kalau aku masuk kesana #aquamarine

Kalau memang kau mengenalku, kau pasti tau aku berbeda dari mereka. Kau pasti bisa merasakan dingin saat kau menyentuhku.. #aquamarine

Mereka bisa membuat tiruanku, dengan Beryl. Seharusnya kau bisa merasakan mana asli dan mana palsu hanya dengan menyentuhku. #aquamarine

Kau tau, mengapa mereka yang berada di Bumi Eropa banyak menyukaiku? karena aku memiliki nilai keras 7.5-8 #aquamarine

Saat kau coba memasukkanku ke cairan bromoform, aku tidak seperti Topaz, yang akan tenggelam disana, aku akan mengambang #aquamarine

aku bukan Alexandrite, Opal, Quartz, Ruby, Emerald, Chrysoberyl, ataupun Saphire.. karena aku Aquamarine. #aquamarine

Saat melihatku, warna biru lautku akan menghadirkan sense, feel, dan melodi yang tidak dihadirkan saat kau melihat selain aku.. #aquamarine

Coba jadikan potonganku menjadi hiasan aksesorismu, saat kau pertemukan aku dengan Saphire, aku akan lebih indah dari hijaunya. #aquamarine

For the lightblue of the sky to the deepblue of the sky,Aquamarine shines over an extraordinarily beautiful range of mainly lightblue colors

Did you know, my lightblue arouses feelings of shympaty, trust, harmony, and friendship.. #aquamarine

Aquamarine is a blue to greenish-blue or bluish-green variety of beryl.

Varieties
May occasionally exhibit a cat's eye effect (chatoyancy).

Sources
Sri Lanka, Brazil, Madagascar (only historically), Tanzania, Russia, Kenya, Afghanistan, Nigeria.

Toughness
Good

Treatments
Almost all aquamarine is heat-treated to enhance its blue colour. Irradiation with neutron, gamma rays or with x-rays. Colour change is permanent and is an accepted practice. A morganite (pink beryl) turns deep purple blue (Maxixe type) upon ultraviolet irradiation, though the colour is not stable.

History
The word aquamarine comes from the Latin for sea water. In 1910 a 243 lb. crystal was found in Brazil. The outside was greenish and the inside was blue. It sold for $25,000 and was cut into many high quality gems. The American Museum of Natural History has a 13 lb. uncut piece of the green outside portion.

Cuts & Uses
The step-cut is the most popular because it accentuates the colour. As it is often found in large, flawless, even-colored crystals, it is frequently used in pendants and rings. Given a piece of rough with a certain colour intensity, the larger stones cut from it will exhibit deeper colour.
Other Information Aquamarine is the blue, or perhaps more correctly, blue-green or aqua variety of the mineral beryl. Other gemstone colour varieties that belong to beryl include emerald, morganite, and heliodor. Other colours of beryl are simply referred to by their colour, such as red beryl. Most gem aquamarines have been heat treated to produce the popular blue-green varieties from less desirable yellow or pale stones.

The fabulous aquamarine stone can be found around the world in Australia, Brazil, Canada, China, India, Ireland, Kenya, Madagascar, Mozambique, Myanmar (Burma), Namibia, Nigeria, Pakistan, the Ural Mountains in Russia, Zambia and Zimbabwe.

In the United States most aquamarine stone can be found in Connecticut, Colorado, Maine, New Hampshire, North Carolina and Vermont. The gemstones mined in Massachusetts as a unique color of sapphire blue so people believe it the most beautiful or all the aquamarine colors. But these stones tend to be smaller making them harder to work with and use in jewelry.

Aquamarine is a blue-green variety of beryl and is a sister stone of the Emerald. It's name is derived from two Latin words meaning water and sea which is probably why sailors wore amulets made of it to ensure they were fearless and to protect them while they were at sea. They often engraved a likeness of Poseidon on a chariot, for extra protection from all things in the sea.

Traditionally seen as the birthstone for March, Aquamarine stone gets it's color from iron ferrous and has been known since ancient times as a stone of hope, happiness, good health, fidelity, eternal youth and lasting love.
Aquamarine Stone Healing, Metaphysical and Magickal properties

Aquamarine stone cleanses and aligns the chakras and the etheric and mental bodies. It helps you to reduce fear and communicate with those around you in a loving and compassionate way, all the while it is flushing out your lymph system.

Aquamarine stone attracts friends and friendly people to you. People you can trust and that show compassion for you. It is often used to calm disrupted situations with it's ability to bring harmony.

Aquamarine crystal help facilitate communication and is especially good to help couples work out their problems in a friendly and peaceful manner.

Feeling disconnected to the world or your fellow man? Aquamarine stone helps you get in tuned with your spiritual side and see that you are part of a larger whole. Helps you develop a sense of community and the desire to help those less fortunate.

Wear aquamarine crystal on your ears so you can hear when a wealthy man calls you name to come to him for a happy marriage that lasts forever.

Aquamarine stone helps keep you connected to Spirit and the light of the angels. Wear it and you will always have a roof over your head and plenty of food on the table.

Have a child going off to college soon? Give him/her a ring with an aquamarine stone in it. It gives them courage and the ability to excel in learning and just might help your child go on to become one of the intellectual leaders of the world.

A myth that has been passed down through the ages is the aquamarine stone was first found in a treasure chest belonging to a mermaid.

Sailors have long used Aquamarine as a protective talisman to keep them safe at sea.

If you need help with Varicose veins, make an elixir by placing one or more aquamarine stones in a glass container of water. Leave it sitting outside overnight, preferable under the light of the full moon. The next day, lightly massage the elixir into the skin about the troubled area.

This same gemstone elixir can be used to bathe joints affected by arthritis. The blue ray of the stone is cooling to the joint helping to reduce inflammation and relieving pain.

If you find yourself suffering from a sore throat, try weaing an aquamarine stone close to your neck. If need be, use an elastic hair band as a choker around your neck and slide one of more stones under the band so they stay on the neck.

It has been said that if you need the powers of the aquamarine stone and want them to be as powerful as possible, wet the stone while drawing upon the powers for water doubles it strength.

To purify yourself with a water meditation, hold an aquamarine stone in your hands. Visualize water coming out of the stone and into your hands. See it swirl through your body removing all negativity and impurities as it washes through your body, then down your legs and out of your body via your feet. Allow the water to be soaked up by the earth where she will absorb and transmute the energies into something useful.

Any time you and a loved one needs to sit down and work through problems, place an aquamarine stone between you. It not only helps keep your emotions under control but also helps you find the most affective words to use in the situation.

To calm the nerves, help heal emotional traumas or to prepare for a good nights sleep, take one of more aquamarine stones and wrap them in a cloth so they won't get lost beneath the water, then toss the cloth into a bath tub full of nice hot water. Step in, sit down, lean back and relax and allow the aquamarine to do its work.

To help with allergies or immune system problems, wear one or more aquamarines near the heart so they can transmit their energies directly to the blood.

Areas Aquamarine stone healing powers physically affects
1. Throat
2. thymus
3. breathing allergies
4. serenity
5. immune system
6. mouth
7. tranquility
8. lymph nodes
9. spleen
10. self-awareness
11. protection
12. heart

Main Chakra: Throat

Planet: Neptune

Vibrates to the number 1

Aquamarine Gemstone Technical Details
Chemical Composition and Name SiO2 Al2Be3Si6O18, aluminum beryllium silicate
Hardness 7.5 - 8 (Mohs scale)
Specific Gravity 2.68 - 2.74
Refractive Index (R.I.) 1.564 - 1.596
Bi-refringence -0.004 to - -0.005
Optic Sign
Optical Character

SOURCE 1
SOURCE 2


iKainheRe

:::: tHe fRienDLy kinDLy cHeeRy giRL ::::

Desember 20, 2009

I need you know

I need you know, please take me by the hand. Stand by me in my hour of need. Take time to understand. Take my hand, and lead me from this place. Chase away my doubt and fears. Wipe the tears from off my face. I couldn't stand alone. I need your hand to hold, the warmth of your gentle touch. In my world that's grown so cold.. Please hold me day by day..

Because with your loving hand in mine, I know we would find the way. ^^

Bimbang...

Ya Tuhan..

Gw bimbang..
Untuk kesekian kalinya gw bimbang..
Entah kenapa gw berpikir kalau gw gga boleh salah pilih..
Gw harus memilih judul skripsi dengan tepat..
Gw bimbang antara beberapa tema skripsi..
Hadoh.

kirain bimbang kenapa (dies) hahahahaha

Presentasi Proposal Skripsi

Howh udda lama banget rasanya gw gga mampir kesini.. Terlalu banyak bahan tulisan jadinya malah bingung mw nyampahnya. Ada juga tiap posting gga gw publish tapi gw save as draft. Gw rasa terlalu 'dangerous' kalo gw publish. :D

Today hari Minggu, besok Rabu gw harus presentasi proposal skripsi, di kelas Metodologi Penelitian. Masalahnya, gw belum memutusin ngambil tema apa buat presentasi nanti. Parah kan. Lagian skripsi masih lama napa juga kudu mikirin sekarang, saat masih banyak hal butuh buat dipikirin.

Desember 19, 2009

TEKANAN ANGGARAN WAKTU PADA PERILAKU MENGURANGI KUALITAS AUDIT, SELF EFFICIACY, DAN TASK COMPLEXITY SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI

TEKANAN ANGGARAN WAKTU PADA PERILAKU MENGURANGI KUALITAS AUDIT, SELF EFFICIACY, DAN TASK COMPLEXITY SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI


Peran auditor sebagai pihak yang independen sangat dibutuhkan dalam dunia bisnis mengingat semakin meningkatnya kebutuhan jasa audit seiring dengan perkembangan pasar modal dan pertumbuhan bisnis. Auditor harus mempertanggungjawabkan kepercayaan yang diberikan secara profesional dengan memberikan hasil audit yang tepat waktu dan berkualitas. Berbagai penelitian seputar identifikasi adanya tipe-tipe perilaku disfungsional auditor, menganggap perilaku tersebut sangat berhubungan dengan anggaran waktu, dan menganggap perilaku tersebut sangat berhubungan dengan anggaran waktu dan sistem pengendalian secara keseluruhan (Otley et al. 1996). Penelitian yang menunjukkan bahwa perilaku disfungsional auditor diukur berdasarkan anggaran yang ketat pada tingkat yang berbeda (Kelley dan Margheim 1990).
Penyebab tekanan anggaran waktu adalah adanya persaingan antar kantor akuntan publik (KAP), yang menyebabkan pula penurunan fee yang berakibat pemendekan anggaran waktu guna menyeimbangkan biaya pengendalian dan keefektifan tugas audit. Tekanan anggaran waktu dapat membahayakan kualitas audit. Persaingan antar KAP juga menimbulkan dilema inherent cost dengan standar kualitas audit. Hambatan yang dihadapi KAP adalah standar profesional dan kewajiban mengarahkan auditor pada level kualitas yang tinggi, kos yang berdampak pada penurunan kualitas audit. Manfaat anggaran waktu adalah membantu KAP dalam perencanaan, pengalokasian personil, evaluasi audit, penetapan fee, dan pengefisienan kerja dari tiap tahapan audit.
Penelitian Kelley dan Seiler (1992) menunjukkan kriteria penting untuk memperoleh peringkat yang baik adalah pencapaian anggaran waktu. Penelitian Braun (2000) mengatakan bahwa pengaruh negatif dari munculnya perilaku yang mengancam kualitas audit adalah menurunnya tingkat pendeteksian dan penyelidikan aspek kualitatif salah saji, sedangkan menurut Kelley dan Margheim (1992), pengaruh negative itu adalah gagal meneliti prinsip akuntansi dan me-review dokumen secara dangkal, menerima penjelasan klien yang lemah dan mengurangi pekerjaan pada salah satu langkah audit di bawah tingkat yang diterima.

REVIEW LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Tekanan Anggaran Waktu Otely, et al. (1996) mengatakan bahwa peningkatan persaingan diantara KAP telah meningkatkan tekanan agar mengurangi besarnya fee audit. Alderman dan Deitrick (1982) mengatakan penetapan anggaran waktu sangat membantu KAP dalam perencanaan, pengalokasian personil, pengevaluasian audit, penentuan fee, dan pengefisienan kinerja dari tiap tahapan audit. Solomon dan Brown (1992) mengatakan literatur audit membedakan antara time budget pressure dan time deadline pressure dimana tekanan anggaran waktu muncul karena kebutuhan untuk menyelesaikan tugas audit berdasarkan waktu tertentu, dan karena jumlah waktu dialokasikan manajemen KAP untuk menyesuaikan tugas audit.
Perilaku Penurunan Kualitas Audit
Riyadeni (2003) mengatakan bahwa kualitas pekerjaan auditor berhubungan dengan kualifikasi keahlian, ketepatan waktu penyelesaian pekerjaan dengan kualifikasi keahlian, ketepatan waktu penyelesaian pekerjaan, kecukupan bukti pemeriksaan yang digunakan untuk mendukung pendapat auditor dan sikap independensinya terhadap klien. Khomsiyah dan Indriantoro (1998) mebunjukkan bahwa auditor harus mempertahankan integritas dan objektivitas dalam melaksanakan tugas, bertindak jujut dan tegas, tanpa pretensi, bertindak adil tanpa dipengaruhi tekanan atau pihak tertentu.
Hubungan Tekanan Anggaran Waktu dan Penurunan Kualitas Audit
Otley et al. (1996) mengatakan bahwa peningkatan persaingan yang ketat dalam jasa audit berdampak pada penurunan anggaran waktu yang diikuti peningkatan tekanan untuk mengurangi besar fee audit yang berakibat menurunnya kualitas audit. Kelley dan Margheim (1992) menemukan bahwa tekanan fee memberikan insentif bagi para auditor untuk menekankan pada pengendalian biaya yang dihasilkan dalam bentuk anggaran waktu yang berkurang dan kualitas audit yang lebih rendah. Dezoort (2002) membedakan tekanan anggaran waktu menjadi dua yaitu time deadline pressure dan time budget pressure.
Hubungan Tekanan Anggaran Waktu dan Self Time Efficacy dengan Perilaku Penurunan Kualitas Audit
Kreiler dan Kinicki (2001) mengatakan bahwa self-efficacy muncul secara lambat laun melalui pengamalan kemampuan-kemampuan kognitif, sosial, bahaya, dan atau fisik yang rumit. Bandura (1988) mengatakan self-efficacy bersumber dariteori belajar sosial yang menekankan hubungan kausal timbal balik antara faktor lingkungan, perilaku, dan faktor personal yang saling berkaitan. Bandura san Achunk (1999) menemukan adanya hubungan yang signifikan antara persepsi individu mengenai efikasi dirinya dengan persepsi dalam berbagai performasi individu tersebut. Prost dan Koesler (1998) mengatakan bahwa teori self-efficacy menyediakan kerangka konseptual untuk digunakan pada studi keperilakuan untuk memahami perilaku dan untuk menjelaskan keberhasilan individu atau kelompok dalam pencapaian tujuan. Coram et al. (2004) menjelaskan bahwa stress dalam pekerjaan membawa pengaruh pada psikis, fisik, dan perubahan perilaku negatif pada individu dan karyawan. Hipotesis pertama adalah "interaksi antara tekanan anggaran waktu dengan self-efficacy akan mempengaruhi perilaku penurunan kualitas audit."
Hubungan Tekanan Anggaran Waktu dan Kompleksitas Tugas dengan Perilaku Penurunan Kualitas Audit
Cheng et al. (2001) menunjukkan jika tugas lebih kompleks, outcomes akan semakin jauh dari yang diharapkan. Boner (1994) membedakan kompleksitas tugas ke dalam high complexity dan low complexity. Ada tiga alasan kompleksitas tugas perlu diperiksa dalam situasi audit. Ton et al. (t002) dan Boner (1994) menunjukkan bahwa kinerja secara umum menurun jika kompleksitas tugas meningkat. Hipotesis kedua adalah "interaksi antara tekanan anggaran waktu dengan kompleksitas tugas akan mempengaruhi perilaku penurunan kualitas audit.

Penelitian ini menggunakan metode survey dengan menyebarkan kuisioner kepada responden potensial agar diperoleh data valid dan hasil yang signifikan. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling, semua sampel yang berkaitan dengan objek penelitian untuk dijadikan sampel. Sampelnya adalah auditor senior dan/atau yang memiliki masa kerja minimal dua tahun (auditor KAP yang ada di Jakarta, Yogyakarta, Solo, dan Surabaya yang ada di buku directory Ikatan Akuntan Indonesia). Pengumpulan data dilakukan melalui jasa pos dengan menyebar kuisioner pada responden potensial. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh tekanan anggaran waktu terhadap perilaku mengurangi kualitas audit, yang dimoderasi oleh self-efficacy dan kompleksitas tugas.
Data yang terkumpul dilakukan analisis dengan metode regresi berganda. Responden yang digunakan dalam analisa sebanyak 117 responden. Hasil penelitian ini secara empiris menujukkan bahwa interaksi antara tekanan anggaran waktu dengan self-efficacy dapat mempengaruhi perilaku mengurangi kualitas audit. Hal ini berarti secara empiris self-efficacy yang dimiliki oleh auditor dapat berperan sebagai variabel pemoderasi dalam hubungan antara tekanan anggaran waktu dan perilaku penurunan kualitas audit. Demikian juga dalam pengujian hipotesis dua hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu instrumen yang digunakan mengacu pada pengukuran diri sendiri dalam pengukuran variabel-variabel memungkinkan kecenderungan para responden dalam menjawab kuisioner lebih tinggi dari sebenarnya, tidak adanya identifikasi variabel team-efficacy sebagai variabel pemoderasi, sedangkan pekerjaan audit tidak dilakukan secara individu, umumnya dilakukan satu tim. Dalam penelitian selanjutnya hendaknya lebih berhati-hati dalam memilih responden.

Desember 13, 2009

Playing with feelings?

Hmmm.. okay, they can do anything with me, anything, but they can't do anything about my feelings. Once again, they can't!!! They can do nothing else.

Mungkin setiap orang knows something about feelings tapi banyak yang nggak appreciative mengenai the important role they play in life.. They are playing their feeling.

Desember 08, 2009

My Close Friends

Sahabat, saat kalian butuh gw, gw selalu ada kan? Semalem gw butuh kalian, kalian dimana...? Kenapa baru pagi ini kalian ada...

How its happened...


iKainheRe

:::: tHe fRienDLy kinDLy cHeeRy giRL ::::

Desember 07, 2009

Saturday morning planning

Inget, gw ada janji keluar sama riuusa next Saturday. Mau cerita-cerita banyak ke dia.. Moga-moga ajja riuusa bisa banyak bantu gw.

Tentang Monk, tentang Jellyfish, tentang Fawkes, tentang the status, tentang Dia, Dia, dan dia lainnya. Begitu menyita pikiran gw akhir-akhir ini. Semoga ajja gw gga membebani riuusa dengan cerita-cerita gw.

Gw cuman mau lebih yakin lagi sama langkah yang mau gw ambil selanjutnya ini. Life must go on, dengan ataupun tanpa kita mampu melewatinya atau tidak. Bukan begitu?

acha_thalib

Siang ini, gw bangun tidur, still online mig33, begitu gw liat layar hp gw, ada new invites dari acha_thalib (gw gga kenal) terus gw accept, terus ada private chat dari nick acha_thalib itu, inti dari chat itu adalah: Dia mengira gw adalah istrinya si cavalera-182.

Doh. Apa lagi sih nih. Dan setelah beberapa waktu, nald-- bilang kalo acha_thalib adalah ceweknya cavalera-182.
Bagus. Gw lagi jadi kambing item. Untungnya ajja si acha percaya dengan status gw di facebook. Kadang-kadang nolongin juga tu status.

Desember 06, 2009

Dia (yang mengajak gw ke Gramedia pagi ini)

Oke six months udda mau lewat. Beberapa 'dia' toh nyatanya tetep begitu walau setau mereka gw taken. Gw jadi nyampah lagi tentang ini gara-gara ada salah satu 'dia' yang modal nekat :D Kalo ajja gw seperti seorang Tara, mungkin lain jadinya. Tara begitu gampang sayang, dan gw? Gw sangad sangad susah buat sayang! Jangankan buat sayang, buat tersentuh ajja susah.

Kalo si 'dia' baca ini,
Maaf kawand, aku tidak melihat ada yang spesial di dirimu. Jadi aku mohon berhentilah..

Brain Writing di Gramedia

Temen gw pagi tadi jam 9 tiba-tiba sms. Gw pikir apa. Ternyata dia minta gw nemenin cari buku Brain Writing ke Gramedia. Oke lah, gga enak juga mau bilang gga bisa, toh ini Minggu. Dan sampe di sana, bukannya dia nyari bukunya langsung tapi malah ke bagian 'Gadget Store'. Ebuseeeiittt.. gatau apa kalo gw keburu syuting (hoek).
"Jadi gga cari bukunya," kata gw sambil masang muka rata.
Baru deh tu cowok naek ke lantai atas cari bukunya. Parah.

I know, ada approach mission ke gw sepertinya dia. Hahahahaha.

Kawanku dan Test CPNS se-Jawa Tengah

Panaaasss! Solo begitu panas. Dan khusus hari ini, ditambah MACET. Gw tadi pagi ke Gramedia, and then pas perjalanan pulang, macet! Gw kira gw ngimpi baru di Jakarta. Setelah gw inget-inget, baru sadar kalo hari ini tu hari tes CPNS Jawa Tengah, pantesan ajja jam pulang test kayak gini jadi macet. Males banget.

And anyway, tadi malem gw menceritakan 'hal itu' pada seorang kawand yang sangat baik, yang mau dengerin sampah-sampah gw, hanya via phone, tapi beban pikiran gw rasanya ilang. Thanks kawand (hug)

Desember 05, 2009

Rasa Minum Skelegro

Kalo elo pernah baca buku serial Harry Potter, pasti tau gimana rasanya Skelegro. Yap, dan itulah yang badan gw rasain Hari Jum'at kemaren. Lebih parah dari kalo minum skelegro mungkin.

It was Saturday evening, gw nggak ada planning apa-apa atopun kemana-mana, karena emang gw lagi tepar. Kasian badan gw, pasti dia baru teriak-teriak kesakitan sekarang. Andai ajja gw bisa denger jeritannya. Maafkan aku ya badan.. *lebaydotcom*

Okay, have a nice Saturday Evening Guys :)

Desember 02, 2009

Desember 2009

Bulan Desember tahun ini begins with plenty of excitement and notes of surprise and shock. Gw ngerasa my brainpower harus di tur up to its maximum level!

Barusan gw nyasar ke Yahoo! Horoscope. Ya udda gw klik ajja Libra. Gw baca, dan gw spontan langsung ngebatin, "Ini Yahoo! kenapa membeberkan tentang gw sih disini!!" Daily Flirt, Daily Couples, sama Daily Single-nya gw banget! Parah. Besok mungkin udda beda lagi apa yang Yahoo! beberin, liat lagi ah besok.

*siap-siap say good bye ke resolusi 2009 gw*